Keberlanjutan dan Tantangan Masa Depan dalam Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan merupakan salah satu elemen kunci dalam proses pembangunan berkelanjutan, karena memungkinkan pertukaran informasi antara berbagai pemangku kepentingan secara efisien dan partisipatif. Komunikasi pembangunan tidak hanya berfungsi menyampaikan informasi dari atas ke bawah (top-down), tetapi juga sebagai jembatan dialog antara pemerintah, lembaga pembangunan, dan masyarakat akar rumput (Servaes, 2016).
Dalam pengertian yang lebih luas, komunikasi pembangunan didefinisikan sebagai proses sosial yang menggunakan strategi komunikasi secara terencana untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bersama (Waisbord, 2015). Oleh karena itu, peran komunikasi tidak lagi hanya sebagai penyebar informasi, tetapi menjadi alat pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas lokal.
Keberlanjutan dalam komunikasi pembangunan mengacu pada kemampuan proses komunikasi untuk menciptakan dampak jangka panjang dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hal ini mencakup strategi komunikasi yang adaptif terhadap perubahan teknologi, sensitif terhadap konteks budaya, serta inklusif terhadap kelompok marginal dan rentan (UNESCO, 2021).
Namun, berbagai tantangan masih dihadapi dalam mengimplementasikan komunikasi pembangunan secara berkelanjutan. Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan akses terhadap informasi dan teknologi komunikasi, terutama di daerah tertinggal. Data BPS (2022) menunjukkan bahwa hampir 18% rumah tangga di Indonesia masih belum memiliki akses internet. Selain itu, rendahnya literasi digital dan budaya masyarakat terhadap teknologi informasi juga menghambat efektivitas komunikasi pembangunan (APJII, 2023).
Tantangan lain datang dari faktor budaya dan politik. Pesan pembangunan yang tidak kontekstual dengan nilai dan norma lokal kerap mendapat penolakan dari masyarakat. Begitu pula dengan kebijakan yang tidak inklusif dan bersifat top-down sering kali menghambat keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pembangunan (Lestari, 2020).
Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menawarkan peluang besar untuk memperkuat komunikasi pembangunan. Inovasi seperti penggunaan media sosial, aplikasi berbasis desa, dan platform digital komunitas memungkinkan masyarakat untuk lebih terlibat, transparan, dan berdaya.
Program "Desa Cerdas" oleh Kemendesa dan Kominfo merupakan contoh sukses penerapan teknologi dalam komunikasi pembangunan berbasis lokal.
Studi kasus UNICEF Indonesia dalam kampanye gizi dan sanitasi juga menunjukkan bahwa media digital dapat menjangkau masyarakat luas secara cepat dan efektif, terutama di wilayah yang sulit dijangkau secara fisik. Kampanye yang dilakukan melalui SMS, radio komunitas, dan media sosial terbukti meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu kesehatan dasar (UNDP, 2022).
Masa depan komunikasi pembangunan menuntut hadirnya komunikator-komunikator pembangunan yang kompeten secara teknologi, peka budaya, serta memiliki integritas dan keterampilan dialog yang tinggi. Literasi media, pelibatan multipihak, serta pendekatan partisipatif menjadi pondasi penting untuk menghadapi tantangan masa depan.
Dengan memperkuat komunikasi pembangunan yang berbasis keberlanjutan, inklusivitas, dan adaptabilitas, maka transformasi sosial yang lebih adil, setara, dan manusiawi dapat tercapai.
Daftar Pustaka
Servaes, J. (2016). Communication for Development and Social Change. SAGE Publications.
Waisbord, S. (2015). Communication: A Post-Discipline. Polity Press.
BPS Indonesia. (2022). Statistik Telekomunikasi Indonesia. Jakarta: BPS.
APJII. (2023). Laporan Survei Penetrasi Internet Indonesia. Jakarta.
Lestari, T. (2020). "Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa." Jurnal Komunikasi Pembangunan, 18(2), 120-135.
UNESCO. (2021). Inclusive Communication for Sustainable Development. Paris: UNESCO.
UNDP. (2022). Communication and Inclusion Report. New York: United Nations.
Komentar
Posting Komentar